Ayatyang terkandung di dalam Alquran, pada dasarnya merupakan obat untuk orang-orang beriman. Namun, Allah SWT mengkhususkan beberapa ayat dan surat tertentu, salah satunya surat Al-Fatihah. Bacaan surat Al-Fatihah dapat menjadi obat penyakit hati yang menjauhkan manusia dari kesesatan. Allah SWT berfirman dalam surat Al Isra ayat 82.
JAKARTA - Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember, Ustadz Abdullah Zaen mengatakan, Surat al-Fatihah merupakan surat yang paling agung dalam Alquran. Untaian kalimatnya ringkas, namun kandungan maknanya begitu luas. "Seorang muslim yang taat membacanya setiap hari minimal tujuh belas kali di shalatnya. Sejak kecil hingga detik ini entah sudah berapa ratus atau ribu kali kita membacanya," kata Ustadz Abdullah melalui pesan Telegram. Ustadz Abdullah menjelaskan, terdapat beberapa keutamaan yang terkandung dalam surat Al-Fatihah. Berikut Keutamaan Surat Al Fatihah 1. Surat al-Fatihah merupakan surat yang paling mulia dalam Alquran كُنْتُ أُصَلِّي فَدَعَانِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ أُجِبْهُ. قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أُصَلِّي. قَالَ أَلَمْ يَقُلْ اللَّهُ {اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ}. ثُمَّ قَالَ أَلَا أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ؟ فَأَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ مِنْ الْقُرْآنِ. قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ Dalilnya apa yang disampaikan Abu Sa’id bin al-Mu’alla radhiyallahu anhu, “Suatu hari aku shalat, tiba-tiba Nabi shallallahu alaihi wa sallam memanggilku, dan aku pun tidak menjawabnya. Selesai shalat aku berkata, Wahai Rasulullah, tadi aku sedang shalat.’ Beliau menjawab, Bukankah Allah telah berfirman, Penuhilah panggilan Allah dan Rasul jika memanggil kalian’ QS. Al-Anfal 24? Lalu beliau bersabda, Maukah kuajarkan padamu surat yang paling mulia dalam al-Quran sebelum engkau keluar dari masjid?’ Kemudian beliau menggandeng tanganku, tatkala kami hampir keluar dari masjid, akupun berkata, Wahai Rasulullah, bukankah engkau telah berkata akan mengajariku surat yang paling mulia dalam al-Quran?’ Beliau bersabda, Alhamdulillahirabbil alamin adalah as-sab’u al-matsâni dan al-Quran yang agung yang dikaruniakan padaku.’” Bukhari. Faidah Hadits ini menunjukkan bolehnya Rasul shallallahu alaihi wa sallam memanggil orang yang sedang shalat sunnah, dan ini merupakan salah satu kekhususan beliau saat hidup. Begitu pula seorang ibu berhak untuk memanggil anaknya yang sedang shalat sunnah, sebagaimana diterangkan dalam hadits riwayat Muslim yang menceritakan kisah seorang ahli ibadah yang dipanggil ibunya saat shalat sunnah, namun tidak memenuhi panggilannya, lalu ditimpa cobaan dari Allah ta’ala. Adapun selain Rasul shallallahu alaihi wasallam dan ibu, maka tidak diperbolehkan memanggil orang yang sedang shalat. Andaikan ada yang memanggil pun orang yang shalat tersebut tidak harus memenuhi panggilannya, kecuali dalam keadaan darurat seperti untuk menyelamatkan seseorang yang terancam bahaya besar Tafsir wa Bayqn li A’zhami Surah fi al-Qur’an, karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Adaseorang dai dari kalangan jin yang mendatangiku, lalu aku pergi bersamanya dan aku bacakan al-Quran kepadanya. (HR. Muslim 450) Apapun pendapat itu, ini semua tidak ada kaitannya dengan kehadiran jin ketika kita membaca surat al-Jin atau membaca surat al-Ahqaf ayat 29 - 31. Ayat ini membahas tentang keberadaan jin yang beriman, dan bukan
Membaca surat Al Fatihah untuk almarhum diperbolehkan. Ilustrasi ziarah kubur KAIRO— Memohon ampun bagi orang-orang yang telah meninggal menjadi kebiasaan dan anjuran bagi Umat Muslim. Tindakan ini menjadi kebaikan bagi seseorang yang melakukannya dan bagi yang didoakannya. Dalam Alquran, hal ini dicontohkan orang-orang terdahulu وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ Artinya “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka Muhajirin dan Anshar, mereka berdoa "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Mahapenyantun lagi Mahapenyayang.” QS Al Hasyr 10. Dilansir dari Elbalad, anggota Lembaga Fatwa Mesir, Dar Al Ifta, Dr Mahmud Syalaby mengatakan bahwa diperbolehkan untuk memohonkan ampun bagi orang yang telah meninggal. Allah SWT juga memuji orang-orang yang melakukan amalan tersebut. Syalaby menekankan bahwa meminta pengampunan untuk orang yang telah wafat diperbolehkan menurut syariat. Dia mengutip sebuah sabda Nabi yang menyebut bahwa anak soleh yang mendoakan orang tuanya merupakan amalan yang tidak terputus bagiorang yang wafat. • Membaca Al Fatihah untuk orang yang telah meninggal Anggota Lembaga Fatwa Dar Al Ifta, Syekh Ahmed Wissam, menjelaskan bahwa dibolehkan membacakan Al Fatihah bagi orang yang telah meninggal. Dibolehkan membaca surat itu untuk doa dan juga sedekah bagi mayit. Dia menambahkan bahwa setiap perbuatan baik dapat memberikan pahala kepada orang mati, dan pahala ini bisa mencapainya, bermanfaat baginya, bergembira di dalamnya. • Membaca Al Fatihah sekali untuk orang banyak Dar Ifta juga menjelaskan bahwa tidak masalah untuk membaca Al Fatihah dan memberikan pahalanya kepada almarhum, baik untuk setiap orang yang meninggal secara terpisah atau untuk beberapa orang yang meninggal sekaligus. Semua ini diperbolehkan. Sumber elbalad BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
13Keistimewaan Surat Al Fatihah. Kebaikan orang yang rutin mengamalkannya akan diterima oleh Allah SWT. Seluruh dosanya selama hidup di dunia ini akan diampuni oelh-NYA. Lidah mereka pun akan selamat dari api neraka yang sangat panas. Akan terhindar dari murka Allah SWT. Mampu berjumpa dengan Allah SWT di SISI terbaikNYA saat meninggal kelak.
loading... Membaca Al-Fatihah untuk orang sakit sangat dianjurkan, karena memiliki banyak fadhilah atau keutamaan . Selain itu, surat Al-Fatihah juga dinamakan al-Syifa obat/penyembuh. Hal ini berdasarkan hadis Nabi Shallallahu alaihi wa sallamفَاتِحَةُ الْكِتَابِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ"Surat al-Fatihah itu merupakan obat segala macam penyakit". HR. Al-Darimi dan al-Bayhaqi. Baca Juga Berdasarkan hadis shahih riwayat al-Bukhari dan Muslim, pernah suatu ketika sejumlah rombongan sahabat Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam melakukan perjalanan dan singgah di sebuah kampung. Saat itu kepala kampungnya menderita sakit karena sengatan ular atau kalajengking. Salah seorang sahabat Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam mendatangi kepala kampung itu kemudian melakukan ruqyah dengan cara meniup dan sedikit meludah ke bagian tubuhnya yang terluka sambil membacakan Surat Al-Fatihah. Baca Juga Dengan izin Allah, sakit yang diderita kepala kampung itu hilang dan sembuh total. Para sahabat pun mendapatkan hadiahnya. Setelah dikonfirmasikan kepada Nabi Saw, beliau tertawa dan mengatakanمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ“Bagaimana kamu tahu kalau surat Al-Fatihah itu bisa digunakan untuk melakukan ruqyah?Selanjutnya Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam mengatakan “Kalian telah berbuat yang benar. Sekarang bagikanlah hadiahnya dan sebagian berikan untuk saya” HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri. Baca Juga Maka, saat ini bagi muslimah yang dirinya atau keluarganya sakit bisa diobati atau di ruqyah sendiri dengan Surat Al-Fatihah. Selain Al-Fatihah bisa juga ditambah dengan bacaan ayat kursi, Surat Al-Falaq, Surat An-Nas, dan Surat Al- Ikhlas. Ruqyah dimulai dengan membaca ayat ruqyah tersebut, kemudian ditiupkan ke telapak tangan. Selanjutnya diusap dari kepala sampai ke kaki. Pengobatan dan mengobati dengan cara membacakan Al-Fatihah juga dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu. Karena para ulama sangat tahu keutamaan mengobati dengan Surat Al-Fatihah. Baca juga Patut Dicoba, Ini Rekomendasi Perlombaan 17 Agustus secara Daring Abu Sa’id al-Khudri pernah mengobati kepala kampung dengan cara membaca Surat Al-Fatihah. Yakni sambil meniupkan dan meludah pada bagian tubuh yang sakit tersebut. Lalu di kemudian hari dijadikan acuan ulama dan orang-orang sesudahnya untuk menjadikan surat al-Fatihah sebagai bacaan ruqyah untuk suatu Qayyim al-Jauziyah pernah berkata, “Pada suatu ketika aku pernah berada di Makkah dan jatuh sakit, tetapi aku tidak menemukan seorang dokter dan obat penyembuh. Lalu aku berusaha mengobati dan menyembuhkan diriku dengan surat al-Fatihah. Aku ambil segelas air zam-zam dan membacakan padanya surat al-Fatihah berkali-kali, lalu aku meminumnya hingga aku sembuh total. Selanjutnya aku berpedoman dengan cara tersebut dalam mengobati berbagai penyakit dan aku merasakan manfaat yang sangat besar dari kitab al-Tibb al-Nabawi. Baca Juga Setelah badan yang sakit diruqyah, maka insyaallah badan akan menjadi lebih segar. Karena kadang kita tidak sadar bahwa tubuh perlu diobati secara ruhiyah dengan do'a. Apalahi jika tubuj telah dimasuki jimat yang bertentangan dengan syariat. Dalam Islam jimat tersebut dikenal dengan "buhul". Semua buhul ini ada setannya. Walaupun itu sebuah kertas, bisa jadi merupakan salah satu objek jimat/ buhul.
TataCara Surat Al Fatihah Untuk Memanggil Orang. Bacalah surat Al Fatihan sebanyak 311 kali setiap selesai sholat hajat di malam hari. Pada setiap tepat bacaan "Iyyaka na'budu waiyaka nasta'in", silahkan diiringi dengan berdoa dalam hati agar orang dituju dapat mencintai cinta anda Kembali, lalu sebutkan namanya agar doa ini merasuk dalam sukma target. Keutamaan surat al-FatihahDi antara keutamaannya1. Surat al-Fatihah merupakan surat yang paling mulia dalam أُصَلِّي فَدَعَانِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ أُجِبْهُ. قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أُصَلِّي. قَالَ أَلَمْ يَقُلْ اللَّهُ {اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ}. ثُمَّ قَالَ أَلَا أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ؟ فَأَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ مِنْ الْقُرْآنِ. قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُDalilnya apa yang disampaikan Abu Sa’id bin al-Mu’alla radhiyallahu anhu,“Suatu hari aku shalat, tiba-tiba Nabi shallallahu alaihi wa sallam memanggilku, dan aku pun tidak menjawabnya. Selesai shalat aku berkata, Wahai Rasulullah, tadi aku sedang shalat.’ Beliau menjawab, Bukankah Allah telah berfirman, Penuhilah panggilan Allah dan Rasul jika memanggil kalian’ QS. Al-Anfal 24? Lalu beliau bersabda, Maukah kuajarkan padamu surat yang paling mulia dalam al-Quran sebelum engkau keluar dari masjid?’ Kemudian beliau menggandeng tanganku, tatkala kami hampir keluar dari masjid, akupun berkata, Wahai Rasulullah, bukankah engkau telah berkata akan mengajariku surat yang paling mulia dalam al-Quran?’ Beliau bersabda, Alhamdulillahirabbil alamin adalah as-sab’u al-matsâni dan al-Quran yang agung yang dikaruniakan padaku.’” Bukhari.Faidah Hadits ini menunjukkan bolehnya Rasul shallallahu alaihi wa sallam memanggil orang yang sedang shalat sunnah, dan ini merupakan salah satu kekhususan beliau saat hidup. Begitu pula seorang ibu berhak untuk memanggil anaknya yang sedang shalat sunnah, sebagaimana diterangkan dalam hadits riwayat Muslim yang menceritakan kisah seorang ahli ibadah yang dipanggil ibunya saat shalat sunnah, namun tidak memenuhi panggilannya, lalu ditimpa cobaan dari Allah ta’ selain Rasul shallallahu alaihi wasallam dan ibu, maka tidak diperbolehkan memanggil orang yang sedang shalat. Andaikan ada yang memanggil pun orang yang shalat tersebut tidak harus memenuhi panggilannya, kecuali dalam keadaan darurat seperti untuk menyelamatkan seseorang yang terancam bahaya besar [lihat Tafsîr wa Bayân li A’zhami Sûrah fî al-Qur’an, karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainuhal. 12].2. Surat al-Fatihah merupakan cahayaعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ “بَيْنَمَا جِبْرِيلُ قَاعِدٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ نَقِيضًا مِنْ فَوْقِهِ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ هَذَا بَابٌ مِنْ السَّمَاءِ فُتِحَ الْيَوْمَ لَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إِلَّا الْيَوْمَ. فَنَزَلَ مِنْهُ مَلَكٌ، فَقَالَ هَذَا مَلَكٌ نَزَلَ إِلَى الْأَرْضِ لَمْ يَنْزِلْ قَطُّ إِلَّا الْيَوْمَ. فَسَلَّمَ وَقَالَ أَبْشِرْ بِنُورَيْنِ أُوتِيتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيمُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلَّا أُعْطِيتَهُIbnu Abbas bercerita, “Tatkala suatu saat Jibril duduk bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tiba-tiba terdengar suara keras dari arah atas. Jibril pun mendongakkan kepalanya seraya berkata, Itu suara salah satu pintu langit yang baru dibuka hari ini dan tidak pernah dibuka sebelumnya.’ Lalu keluarlah dari pintu itu seorang malaikat. Jibril kembali berkata, Ini adalah malaikat yang akan turun ke bumi, tidak pernah turun kecuali hari ini.’ Sesampainya di depan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, malaikat tersebut mengucapkan salam, seraya berkata, Aku membawa kabar gembira berupa dua cahaya yang dikaruniakan padamu, tidak pernah diberikan kepada nabi sebelummu; Fâtihatul Kitâb dan dua ayat terakhir surat al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca satu huruf darinya yang berisi permohonan melainkan engkau akan dikaruniai apa yang kau mohon.’” Muslim.3. Surat al-Fatihah adalah obatDalilnya hadits Abu Sa’id al-Khudriانْطَلَقَ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفْرَةٍ سَافَرُوهَا حَتَّى نَزَلُوا عَلَى حَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمْ فَلُدِغَ سَيِّدُ ذَلِكَ الْحَيِّ فَسَعَوْا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لَا يَنْفَعُهُ شَيْءٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ لَوْ أَتَيْتُمْ هَؤُلَاءِ الرَّهْطَ الَّذِينَ نَزَلُوا لَعَلَّهُ أَنْ يَكُونَ عِنْدَ بَعْضِهِمْ شَيْءٌ فَأَتَوْهُمْ فَقَالُوا يَا أَيُّهَا الرَّهْطُ إِنَّ سَيِّدَنَا لُدِغَ وَسَعَيْنَا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لَا يَنْفَعُهُ فَهَلْ عِنْدَ أَحَدٍ مِنْكُمْ مِنْ شَيْءٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ نَعَمْ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَرْقِي وَلَكِنْ وَاللَّهِ لَقَدْ اسْتَضَفْنَاكُمْ فَلَمْ تُضَيِّفُونَا فَمَا أَنَا بِرَاقٍ لَكُمْ حَتَّى تَجْعَلُوا لَنَا جُعْلًا فَصَالَحُوهُمْ عَلَى قَطِيعٍ مِنْ الْغَنَمِ فَانْطَلَقَ يَتْفِلُ عَلَيْهِ وَيَقْرَأُ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ فَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ فَانْطَلَقَ يَمْشِي وَمَا بِهِ قَلَبَةٌ قَالَ فَأَوْفَوْهُمْ جُعْلَهُمْ الَّذِي صَالَحُوهُمْ عَلَيْهِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اقْسِمُوا فَقَالَ الَّذِي رَقَى لَا تَفْعَلُوا حَتَّى نَأْتِيَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَذْكُرَ لَهُ الَّذِي كَانَ فَنَنْظُرَ مَا يَأْمُرُنَا فَقَدِمُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرُوا لَهُ فَقَالَ وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ؟ ثُمَّ قَالَ قَدْ أَصَبْتُمْ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ سَهْمًا فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ“Suatu hari sekelompok sahabat Nabi melakukan perjalanan jauh. Di tengah perjalanan mereka singgah di sebuah kampung kabilah Arab. Mereka bertamu, namun penduduk kampung enggan untuk menjamu. Tiba-tiba kepala kampung tersengat binatang berbisa. Penduduk kampung berusaha untuk mengobati dengan segala cara, namun tidak berhasil. Ada di antara mereka yang usul, Andaikan kalian mendatangi sekelompok orang yang baru tiba, siapa tahu ada di antara mereka yang memiliki sesuatu.’ Merekapun mendatangi para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam seraya berkata, Wahai bapak-bapak, pembesar kami tersengat binatang berbisa, dan kami telah berusaha dengan segala cara untuk mengobatinya namun sama sekali tidak bermanfaat. Apakah ada di antara kalian yang memiliki sesuatu?’ Sebagian sahabat menjawab, Ya, demi Allah saya bisa mengobati. Namun, kami telah bertamu tetapi kalian enggan menjamu kami. Saya tidak akan mengobatinya kecuali setelah kalian berjanji akan memberi upah.’ Mereka pun bersepakat untuk memberi segerombolan sahabat tadi menghembus nafas berserta sedikit ludah dari mulutnya dan membaca Alhamdulillahirabbil’alamin. Detik itu juga si kepala kampung bangkit dan bisa berjalan, seolah tidak terkena memenuhi janjinya untuk memberi upah. Sebagian sahabat berkata, Bagilah.’ Orang yang meruqyah menjawab, Jangan lakukan kecuali setelah kita mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan menceritakan kejadian ini. Lalu kita lihat apa yang diputuskan Rasul shallallahu alaihi wa sallam.’Sesampainya di depan Rasul shallallahu alaihi wa sallam mereka bercerita. Beliaupun bersabda, Dari manakah engkau mengetahui bahwa surat al-Fatihah adalah ruqyah obat?!. Apa yang kalian lakukan benar, bagikan kambing tersebut dan beri aku bagian.’ sembari beliau tersenyum.” Bukhari.Imam Ibn al-Qayyim w. 751 H mengomentari hadits di atas, “Surat al-Fatihah telah memberikan dampak yang luar biasa bagi penyakit tersebut; sehingga penderitanya sembuh seperti sediakala. Ini merupakan obat yang paling mudah. Andaikan seorang hamba bisa menggunakannya dengan baik; niscaya ia akan memperoleh dampak menakjubkan berupa saat tatkala tinggal di Mekah, aku menderita berbagai penyakit. Namun, aku tidak menemukan dokter maupun obat. Akhirnya akupun mengobati diriku sendiri dengan surat al-Fatihah, alhamdulillah aku merasakan perubahan yang luar biasa. Kuceritakan hal itu kepada orang-orang yang sakit, ternyata banyak di antara mereka yang pulih dengan ada satu hal yang perlu diperhatikan di sini. Bahwa dzikir, ayat dan doa yang digunakan untuk meruqyah serta mengobati, …… memang mendatangkan manfaat dan kesembuhan. Hanya saja ia membutuhkan kesiapan orang yang diobati dan kekuatan pengaruh orang yang mengobati. Manakala kesembuhan tidak tercapai, bisa jadi dikarenakan lemahnya pengaruh orang yang mengobati, atau karena orang yang diobati tidak siap, atau bisa jadi dikarenakan adanya faktor kuat eksternal yang menghalangi bereaksinya obat tersebut. Hal ini juga terjadi pada obat dan penyakit jasmani. Terkadang tidak bereaksinya obat kembali kepada faktor ketidakcocokan anatomi tubuh yang tidak cocok, atau kuatnya faktor penghalang. Andaikan tubuh siap menerima obat; ia akan merasakan dampaknya sesuai dengan tingkat kesiapan. Begitu pula halnya hati, jika ia menerima ruqyah dan al-Qur’an secara total, dan orang yang mengobati memiliki kekuatan keimanan yang kuat; niscaya penyakit akan lenyap.” [Ad-Dâ’ wa ad-Dawâ’ hal. 8].4. Surat al-Fatihah merupakan dialog antara hamba dengan Shahîh Muslim IV/324 no. 876 dari hadits Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,قَالَ اللَّهُ تَعَالَى “قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ”. فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ{ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ }، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى “حَمِدَنِي عَبْدِي”. وَإِذَا قَالَ { الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ }, قَالَ اللَّهُ تَعَالَى “أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي”. وَإِذَا قَالَ{ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ }، قَالَ “مَجَّدَنِي عَبْدِي” وَقَالَ مَرَّةً “فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي”. فَإِذَا قَالَ{ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ }، قَالَ “هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ” فَإِذَا قَالَ { اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ}, قَالَ “هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ[one_half_last]Allah ta’ala berfirman, “Aku membagi shalat surat al-Fatihah [Lihat Tafsîr al-Qurthubi I/146] antara diri-Ku dengan hamba-Ku dua bagian [maksud dari pembagian menjadi dua bagian adalah bagian setengah pertama surat al-Fatihah sampai ayat kelima adalah pujian hamba untuk Allah, sedangkan bagian setengah kedua yaitu dari ayat keenam sampai akhir adalah permohonan seorang hamba untuk dirinya sendiri. Lihat Tafsîr Sûrah al-Fâtihah karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab hal. 33-34], dan hamba-Ku akan memperoleh apa yang dimintanya. Tatkala insan mengucapkan, Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam,’ Allah ta’ala berkata, Hambaku telah memuji-Ku.’[/one_half_last]Jika ia mengucapkan, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’, Allah ta’ala berkata, Hamba-Ku telah memuliakan diri-Ku.’Saat ia mengucapkan, Penguasa hari pembalasan’, Allah ta’ala berfirman, Hamba-Ku telah mengagungkan diri-Ku.’ Di lain kesempatan Allah berkata, Hamba-Ku telah berserah diri pada-Ku.’Manakala ia mengucapkan, Hanya kepada-Mu-lah aku menyembah dan hanya kepada-Mu-lah aku memohon pertolongan’, Allah ta’ala berkata, Ini merupakan urusan antara Aku dengan hamba-Ku, dan hamba-Ku akan memperoleh apa yang dimintanya.’Dan ketika ia mengucapkan, Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan, bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat’, Allah ta’ala menjawab, Inilah hak milik hamba-Ku, dan hamba-Ku akan memperoleh apa yang dimintanya.’”Imam Ibn Rajab w. 795 H menjelaskan bahwa “hadits di atas menunjukkan bahwa Allah mendengarkan bacaan orang yang shalat; sebab dia sedang bermunajat berbisik-bisik dengan Rabb-nya. Dan Allah menjawab setiap bisikan hamba-Nya, kalimat per kalimat.” [Tafsîr Ibn Rajab al-Hambali dihimpun oleh Thâriq bin AwadhallâhI/68-69].Maka seorang hamba tatkala membaca surat al-Fatihah, hendaklah ia membacanya dengan pelan ayat per ayat. Setiap membaca suatu ayat dia diam sejenak menanti jawaban Allah akan munajatnya [lihat Ash-Shalat wa Hukm Târikihâ karya Ibn al-Qayyim hal. 172].Andaikan kita meresapi keterangan di atas dan mencoba untuk merasakannya; niscaya kita akan mendapatkan nikmatnya bermunajat dengan Allah ta’ala. Setiap dirundung masalah kita selalu bergegas menghadap Rabbul alamin. Memohon pada-Nya bantuan, pertolongan, limpahan kasih sayang dan curahan ampunan-Nya [An-Nazharât al-Mâti’ah Sebagaimana yang dipraktikkan teladan kita; Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Setiap dirundung masalah, beliau selalu bergegas shalat. Demikian yang diceritakan Hudzaifah radhiyallahu anhu,كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى“Jika Nabi shallallahu alaihi wa sallam dirundung masalah, beliau bergegas shalat.” Abu Dawud II/54 no. 1319 dan dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani [Lihat Shahîh Sunan Abi Dawud].Dan jika datang waktu shalat fardhu beliau bersabda,قُمْ يَا بِلَالُ فَأَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ“Berdirilah wahai Bilal lantunkanlah adzan. Tenangkan dan istirahatkanlah kami dengan shalat.” Abu Dawud V/165 no. 4986 dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani.Ibn al-Atsir w. 606 H menjelaskan, bahwa maksud hadits di atas adalah dengan shalat hati kami akan tenteram dari pikiran tentang kewajiban melaksanakannya. Atau kami akan merasa tentram dan bisa melepaskan kepenatan beban pekerjaan duniawi yang melelahkan. Dengan shalat seorang hamba akan merasa tenang, tenteram dan bisa beristirahat; sebab di dalamnya seorang hamba bisa berkesempatan untuk munajat dengan Rabb-nya [An-Nihâyah fî Gharîb al-Hadîts wa al-Atsar II/274 dan lihat pula Aun al-Ma’bûd karya Syamsul Haq al-Azhîm Âbâdi XIII/225]. suratal fatihah untuk memanggil orang. Solusi Untuk Anda! Doa Memanggil Sukma Jarak Jauh Paling Ampuh 2 min read. apnusantara 1 tahun ago . Solusi Untuk Anda! Doa Memanggil Sukma Jarak Jauh Paling Ampuh - Menyayangi seseorang yang kita sayang merupakan salah wujud kepedulian besar anda kepada dia, baik Read More. Cari Artikel Disini

Keutamaan surat al-Fatihah Di antara keutamaannya 1. Surat al-Fatihah merupakan surat yang paling mulia dalam al-Quran. Dalilnya apa yang disampaikan Abu Sa’id bin al-Mu’alla radhiyallahu anhu, “Suatu hari aku shalat, tiba-tiba Nabi shallallahu alaihi wa sallam memanggilku, dan aku pun tidak menjawabnya. Selesai shalat aku berkata, Wahai Rasulullah, tadi aku sedang shalat.’ Beliau menjawab, Bukankah Allah telah berfirman, Penuhilah panggilan Allah dan Rasul jika memanggil kalian’ QS. Al-Anfal 24? Lalu beliau bersabda, Maukah kuajarkan padamu surat yang paling mulia dalam al-Quran sebelum engkau keluar dari masjid?’ Kemudian beliau menggandeng tanganku, tatkala kami hampir keluar dari masjid, akupun berkata, Wahai Rasulullah, bukankah engkau telah berkata akan mengajariku surat yang paling mulia dalam al-Quran?’ Beliau bersabda, Alhamdulillahirabbil alamin adalah as-sab’u al-matsâni dan al-Quran yang agung yang dikaruniakan padaku.’” Bukhari. Faidah Hadits ini menunjukkan bolehnya Rasul shallallahu alaihi wa sallam memanggil orang yang sedang shalat sunnah, dan ini merupakan salah satu kekhususan beliau saat hidup. Begitu pula seorang ibu berhak untuk memanggil anaknya yang sedang shalat sunnah, sebagaimana diterangkan dalam hadits riwayat Muslim yang menceritakan kisah seorang ahli ibadah yang dipanggil ibunya saat shalat sunnah, namun tidak memenuhi panggilannya, lalu ditimpa cobaan dari Allah ta’ala. Adapun selain Rasul shallallahu alaihi wasallam dan ibu, maka tidak diperbolehkan memanggil orang yang sedang shalat. Andaikan ada yang memanggil pun orang yang shalat tersebut tidak harus memenuhi panggilannya, kecuali dalam keadaan darurat seperti untuk menyelamatkan seseorang yang terancam bahaya besar [lihat Tafsîr wa Bayân li A’zhami Sûrah fî al-Qur’an, karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu hal. 12]. 2. Surat al-Fatihah merupakan cahaya Ibnu Abbas bercerita, “Tatkala suatu saat Jibril duduk bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tiba-tiba terdengar suara keras dari arah atas. Jibril pun mendongakkan kepalanya seraya berkata, Itu suara salah satu pintu langit yang baru dibuka hari ini dan tidak pernah dibuka sebelumnya.’ Lalu keluarlah dari pintu itu seorang malaikat. Jibril kembali berkata, Ini adalah malaikat yang akan turun ke bumi, tidak pernah turun kecuali hari ini.’ Sesampainya di depan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, malaikat tersebut mengucapkan salam, seraya berkata, Aku membawa kabar gembira berupa dua cahaya yang dikaruniakan padamu, tidak pernah diberikan kepada nabi sebelummu; Fâtihatul Kitâb dan dua ayat terakhir surat al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca satu huruf darinya yang berisi permohonan melainkan engkau akan dikaruniai apa yang kau mohon.’” Muslim. 3. Surat al-Fatihah adalah obat Dalilnya hadits Abu Sa’id al-Khudri “Suatu hari sekelompok sahabat Nabi melakukan perjalanan jauh. Di tengah perjalanan mereka singgah di sebuah kampung kabilah Arab. Mereka bertamu, namun penduduk kampung enggan untuk menjamu. Tiba-tiba kepala kampung tersengat binatang berbisa. Penduduk kampung berusaha untuk mengobati dengan segala cara, namun tidak berhasil. Ada di antara mereka yang usul, Andaikan kalian mendatangi sekelompok orang yang baru tiba, siapa tahu ada di antara mereka yang memiliki sesuatu.’ Merekapun mendatangi para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam seraya berkata, Wahai bapak-bapak, pembesar kami tersengat binatang berbisa, dan kami telah berusaha dengan segala cara untuk mengobatinya namun sama sekali tidak bermanfaat. Apakah ada di antara kalian yang memiliki sesuatu?’ Sebagian sahabat menjawab, Ya, demi Allah saya bisa mengobati. Namun, kami telah bertamu tetapi kalian enggan menjamu kami. Saya tidak akan mengobatinya kecuali setelah kalian berjanji akan memberi upah.’ Mereka pun bersepakat untuk memberi segerombolan kambing. Lalu, sahabat tadi menghembus nafas berserta sedikit ludah dari mulutnya dan membaca Alhamdulillahirabbil’alamin. Detik itu juga si kepala kampung bangkit dan bisa berjalan, seolah tidak terkena apapun. Merekapun memenuhi janjinya untuk memberi upah. Sebagian sahabat berkata, Bagilah.’ Orang yang meruqyah menjawab, Jangan lakukan kecuali setelah kita mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan menceritakan kejadian ini. Lalu kita lihat apa yang diputuskan Rasul shallallahu alaihi wa sallam.’ Sesampainya di depan Rasul shallallahu alaihi wa sallam mereka bercerita. Beliaupun bersabda, Dari manakah engkau mengetahui bahwa surat al-Fatihah adalah ruqyah obat?!. Apa yang kalian lakukan benar, bagikan kambing tersebut dan beri aku bagian.’ sembari beliau tersenyum.” Bukhari. Imam Ibn al-Qayyim w. 751 H mengomentari hadits di atas, “Surat al-Fatihah telah memberikan dampak yang luar biasa bagi penyakit tersebut; sehingga penderitanya sembuh seperti sediakala. Ini merupakan obat yang paling mudah. Andaikan seorang hamba bisa menggunakannya dengan baik; niscaya ia akan memperoleh dampak menakjubkan berupa kesembuhan. Suatu saat tatkala tinggal di Mekah, aku menderita berbagai penyakit. Namun, aku tidak menemukan dokter maupun obat. Akhirnya akupun mengobati diriku sendiri dengan surat al-Fatihah, alhamdulillah aku merasakan perubahan yang luar biasa. Kuceritakan hal itu kepada orang-orang yang sakit, ternyata banyak di antara mereka yang pulih dengan segera. Namun, ada satu hal yang perlu diperhatikan di sini. Bahwa dzikir, ayat dan doa yang digunakan untuk meruqyah serta mengobati, …… memang mendatangkan manfaat dan kesembuhan. Hanya saja ia membutuhkan kesiapan orang yang diobati dan kekuatan pengaruh orang yang mengobati. Manakala kesembuhan tidak tercapai, bisa jadi dikarenakan lemahnya pengaruh orang yang mengobati, atau karena orang yang diobati tidak siap, atau bisa jadi dikarenakan adanya faktor kuat eksternal yang menghalangi bereaksinya obat tersebut. Hal ini juga terjadi pada obat dan penyakit jasmani. Terkadang tidak bereaksinya obat kembali kepada faktor ketidakcocokan anatomi tubuh yang tidak cocok, atau kuatnya faktor penghalang. Andaikan tubuh siap menerima obat; ia akan merasakan dampaknya sesuai dengan tingkat kesiapan. Begitu pula halnya hati, jika ia menerima ruqyah dan al-Qur’an secara total, dan orang yang mengobati memiliki kekuatan keimanan yang kuat; niscaya penyakit akan lenyap.” [Ad-Dâ’ wa ad-Dawâ’ hal. 8]. 4. Surat al-Fatihah merupakan dialog antara hamba dengan Rabb-Nya. Dalam Shahîh Muslim IV/324 no. 876 dari hadits Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, [one_half_last]Allah ta’ala berfirman, “Aku membagi shalat surat al-Fatihah [Lihat Tafsîr al-Qurthubi I/146] antara diri-Ku dengan hamba-Ku dua bagian [maksud dari pembagian menjadi dua bagian adalah bagian setengah pertama surat al-Fatihah sampai ayat kelima adalah pujian hamba untuk Allah, sedangkan bagian setengah kedua yaitu dari ayat keenam sampai akhir adalah permohonan seorang hamba untuk dirinya sendiri. Lihat Tafsîr Sûrah al-Fâtihah karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab hal. 33-34], dan hamba-Ku akan memperoleh apa yang dimintanya. Tatkala insan mengucapkan, Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam,’ Allah ta’ala berkata, Hambaku telah memuji-Ku.’[/one_half_last] Jika ia mengucapkan, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’, Allah ta’ala berkata, Hamba-Ku telah memuliakan diri-Ku.’ Saat ia mengucapkan, Penguasa hari pembalasan’, Allah ta’ala berfirman, Hamba-Ku telah mengagungkan diri-Ku.’ Di lain kesempatan Allah berkata, Hamba-Ku telah berserah diri pada-Ku.’ Manakala ia mengucapkan, Hanya kepada-Mu-lah aku menyembah dan hanya kepada-Mu-lah aku memohon pertolongan’, Allah ta’ala berkata, Ini merupakan urusan antara Aku dengan hamba-Ku, dan hamba-Ku akan memperoleh apa yang dimintanya.’ Dan ketika ia mengucapkan, Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan, bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat’, Allah ta’ala menjawab, Inilah hak milik hamba-Ku, dan hamba-Ku akan memperoleh apa yang dimintanya.’” Imam Ibn Rajab w. 795 H menjelaskan bahwa “hadits di atas menunjukkan bahwa Allah mendengarkan bacaan orang yang shalat; sebab dia sedang bermunajat berbisik-bisik dengan Rabb-nya. Dan Allah menjawab setiap bisikan hamba-Nya, kalimat per kalimat.” [Tafsîr Ibn Rajab al-Hambali dihimpun oleh Thâriq bin Awadhallâh I/68-69]. Maka seorang hamba tatkala membaca surat al-Fatihah, hendaklah ia membacanya dengan pelan ayat per ayat. Setiap membaca suatu ayat dia diam sejenak menanti jawaban Allah akan munajatnya [lihat Ash-Shalat wa Hukm Târikihâ karya Ibn al-Qayyim hal. 172]. Andaikan kita meresapi keterangan di atas dan mencoba untuk merasakannya; niscaya kita akan mendapatkan nikmatnya bermunajat dengan Allah ta’ala. Setiap dirundung masalah kita selalu bergegas menghadap Rabbul alamin. Memohon pada-Nya bantuan, pertolongan, limpahan kasih sayang dan curahan ampunan-Nya [An-Nazharât al-Mâti’ah Sebagaimana yang dipraktikkan teladan kita; Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Setiap dirundung masalah, beliau selalu bergegas shalat. Demikian yang diceritakan Hudzaifah radhiyallahu anhu, كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى “Jika Nabi shallallahu alaihi wa sallam dirundung masalah, beliau bergegas shalat.” Abu Dawud II/54 no. 1319 dan dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani [Lihat Shahîh Sunan Abi Dawud]. Dan jika datang waktu shalat fardhu beliau bersabda, “Berdirilah wahai Bilal lantunkanlah adzan. Tenangkan dan istirahatkanlah kami dengan shalat.” Abu Dawud V/165 no. 4986 dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani. Ibn al-Atsir w. 606 H menjelaskan, bahwa maksud hadits di atas adalah dengan shalat hati kami akan tenteram dari pikiran tentang kewajiban melaksanakannya. Atau kami akan merasa tentram dan bisa melepaskan kepenatan beban pekerjaan duniawi yang melelahkan. Dengan shalat seorang hamba akan merasa tenang, tenteram dan bisa beristirahat; sebab di dalamnya seorang hamba bisa berkesempatan untuk munajat dengan Rabb-nya [An-Nihâyah fî Gharîb al-Hadîts wa al-Atsar II/274 dan lihat pula Aun al-Ma’bûd karya Syamsul Haq al-Azhîm Âbâdi XIII/225].

Tidakingin melakukan laku tirakat batin yang rumit? Di sini kami punya solusi yang lebih praktis dan cepat untuk Anda yang ingin mengikat hati pasangan Anda BACAAN AL-FATIHAH ATAS ORANG YANG TELAH MENINGGALOleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminMembacakan Al-fatihah atas orang yang telah meninggal tidak saya dapatkan adanya nash hadits yang membolehkannya. Berdasarkan hal tersebut maka tidak diperbolehkan membacakan Al-Fatihah atas orang yang sudah meninggal. Karena pada dasarnya suatu ibadah itu tidak boleh dikerjakan hingga ada suatu dalil yang menunjukkan disyari’atkannya ibadah tersebut dan bahwa perbuatan itu termasuk syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalilnya adalah bahwasanya Allah mengingkari orang yang membuat syari’at dan ketentuan dalam agama Allah yang tidak Subhanahu wa Ta’ala لَهُمْ شُرَكٰۤؤُا شَرَعُوْا لَهُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا لَمْ يَأْذَنْۢ بِهِ اللّٰهُ ۗوَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۗوَاِنَّ الظّٰلِمِيْنَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah. Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan dari Allah tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu akan memperoleh adzab yang amat pedih” [Asy-Sura/48 21]Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bahwasanya belaiu أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ“Barangsiapa melaksanakan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan tersebut tertolak”[1]Apabila tertolak maka termasuk perbuatan batil yang tidak ada manfaatnya. Allah berlepas dari ibadah untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan cara mengupah orang untuk membacakan Al-Qur’an kemudian pahalanya diberikan untuk orang yang telah meninggal termasuk perbuatan haram dan tidak diperbolehkan mengambil upah atas bacaan yang dikerjakan. Barangsiapa mengambil upah atas bacaan yang dilakukannya maka ia telah berdosa dan tidak ada pahala baginya, karena membaca Al-Qur’an termasuk ibadah, dan suatu ibadah tidak boleh dipergunakan sebagai wasilah untuk mendapatkan tujuan Subhanahu wa Ta’ala كَانَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ اَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan” [Huud/11 15][Nur Alad Darbi, Juz I, I’dad Fayis Musa Abu Syaikhah]BACAAN AL-FATIHAH UNTUK KEDUA ORANG TUAOleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al-FauzanMembacakan surat Al-Fatihah untuk kedua orang tua yang telah meninggal atau yang lain merupakan perbuatan bid’ah karena tidak ada dasarnya dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bahwasanya Al-Fatihah boleh dibacakan untuk orang yang meninggal atau arwah mereka, baik itu orang tuanya atau orang lain. Yang disyariatkan adalah mendo’akan bagi kedua orang tua dalam shalat dan sesudahnya, memohonkan ampunan dan maghfirah bagi keduanya dan sejenisnya yang termasuk doa yang bisa bermanfaat bagi yang sudah meninggal.[Nur Alad Darbi, Juz III, I’dad Fayis Musa Abu Syaikhah][Disalin dari kitab 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penulis Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerjemah Ahmad Amin Sjihab, Penerbit Darul Haq MemanggilSuami dengan Surat Yasin, Kembalikan Suami ke Pelukanmu. Memanggil Suami dengan Surat Yasin, Kembalikan Suami ke Pelukanmu - Ya, surat yasin memang bisa menjadi amalan puter giling versi Islami. Artinya, surat ini bisa digunakan untuk memanggil seseorang yang meninggalkan kita. Utamanya terdapat pada surat Yasin ayat 72.
Lalu bagaimana caranya kita membalas kebaikan orang tua? Salah satu caranya adalah dengan menafkahi mereka saat masih hidup, bahkan ketika keduanya adalah non-Muslim. Tanggung jawab ini mesti dilakukan ketika orang tua memang tidak mampu sementara anak memiliki kecukupan harta. Dilansir dalam ada doa untuk orang tua dan artinya yang bisa kita amalkan setiap hari اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا Latin ALLOHUMMAGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WAR HAMHUMAA KAMA RABBAYAANII SHAGIIRAA Artinya "Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku Ibu dan Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil". Lalu bagaimana ketika orang tua kita sudah meninggal? Kita tetap harus membacakan doa untuk orang tua seperti di atas. Dalam berikut ini doa permohonan ampunan yang diajukan kepada Allah untuk umat Islam secara umum dan khususnya kepada kedua orang tua, guru, dan mereka yang memiliki hak tertentu atas diri kita اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْاَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا، خُصُوْصًا إِلَى آبَاءِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَأَسَاتِذَتِنَا وَمُعَلِّمِيْنَا وَلِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا وَلِأَصْحَابِ الحُقُوْقِ عَلَيْنَا Latin Allāhummaghfir lil muslimīna wal muslimāt, wal mukminīna wal mukmināt, al-ahyā'i minhum wal amwāt, min masyāriqil ardhi ilā maghāribihā, barrihā wa bahrihā, khushūshan ilā ābā'inā, wa ummahātinā, wa ajdādinā, wa jaddārinā, wa asātidzatinā, wa mu'allimīnā, wa li man ahsana ilainā, wa li ashhābil huquqi 'alaynā. Artinya "Ya Allah, ampunilah mukminin, mukminat, muslimin, muslimat, yang masih hidup, yang telah wafat, yang tersebar dari timur hingga barat, di darat dan di laut, khususnya bapak, ibu, kakek, nenek, ustadz, guru, mereka yang telah berbuat baik terhadap kami, dan mereka yang masih memiliki hak terhadap kami." Sumber ...Berikutnya
nhNc6.
  • 98whduc4zp.pages.dev/134
  • 98whduc4zp.pages.dev/244
  • 98whduc4zp.pages.dev/81
  • 98whduc4zp.pages.dev/24
  • 98whduc4zp.pages.dev/290
  • 98whduc4zp.pages.dev/253
  • 98whduc4zp.pages.dev/116
  • 98whduc4zp.pages.dev/340
  • 98whduc4zp.pages.dev/343
  • surat al fatihah untuk memanggil orang